adik-adik sekolah minggu

adik-adik sekolah minggu

Sunday 29 July 2012

Kisah Culekasataka

Beranjali _/\_ Namo Buddhaya :)

Halo adik-adik... Sekolah minggu kali ini kakak hanya akan bercerita tentang kisah Culekasataka yang syairnya ada di Dhammapada Atttakatha, lalu dilanjut dengan pertanyaan. Siapa yang bisa menjawab akan di kasih ballpoin angry bird, horeeee... Ok, berikut kisahnya, dengerin baik-baik yah :)

Di savatthi berdiam sepasang suami isteri brahmana. Mereka hanya mempunyai sebuah pakaian luar yang digunakan oleh mereka berdua. Karena itu mereka dikenal dengan nama Ekasataka. Karena mereka hanya mempunyai sebuah pakaian luar, mereka tidak dapat keluar berdua pada saat bersamaan. Jadi, bila si isteri pergi mendengarkan khotbah Sang Buddha pada siang hari maka si suami pergi pada malam hari.

Pada suatu malam, ketika brahmana mendengarkan khotbah Sang Buddha, seluruh badannya diliputi keriangan yang sangat menyenangkan dan timbul keinginan yang kuat untuk memberikan pakaian luar yang dikenakannya kepada Sang Buddha. Tetapi dia menyadari jika dia memberikan pakaian luar yang satu-satunya dia miliki berarti tidak ada lagi pakaian luar yang tertinggal buat dia dan isterinya. Dia ragu-ragu dan bimbang.

Malam jaga pertama dan malam jaga kedua pun berlalu, pada malam jaga ketiga brahmana berkata pada dirinya sendiri, "Jika saya bimbang dan ragu-ragu, saya tidak akan dapat menghindar terlahir ke empat alam rendah (Apaya), saya akan memberikan pakaian luar saya kepada Sang Buddha."

Setelah berkata begitu, dia meletakkan pakaian luarnya ke kaki Sang Buddha dan dia berteriak, "Saya menang! Saya menang! Saya menang!"

Waktu itu Raja Pasenadi dari Kosala juga berada diantara para pendengar khotbah. Mendengar teriakkan tersebut ia menyuruh pengawalnya untuk menyelidiki. Mengetahui perihal pemberian brahmana kepada Sang Buddha, raja berkomentar bahwa brahmana tersebut telah berbuat sesuatu yang tidak mudah untuk dilakukan oleh orang lain sehingga harus diberi penghargaan.

Raja memerintahkan pengawalnya untuk memberikan sepotong pakaian kepada brahmana sebagai hadiah atas keyakinan dan kedermawanannya. Brahmana menerimanya lalu memberikan lagi pakaian tersebut kepada Sang Buddha.

Dia mendapat hadiah lagi dari Raja berupa dua potong pakaian. Brahmana memberikan lagi kedua potong pakaian kepada Sang Buddha, dan dia memperoleh hadiah empat potong lagi.

Jadi dia memberikan kepada Sang Buddha apa saja yang diberikan raja kepadanya, dan tiap kali raja melipatduakan hadiahnya.

Akhirnya hadiah meningkat menjadi tiga puluh dua potong pakaian, brahmana mengambil satu potong untuknya dan satu potong untuk isterinya, dan selebihnya diberikan kepada Sang Buddha.

Kemudian raja berkomentar lagi bahwa brahmana benar-benar melakukan suatu perbuatan yang sulit dan juga harus diberi hadiah yang pantas. Raja mengirim seorang utusan untuk membawa dua potong pakaian beludru yang berharga mahal, dan memberikan kepada brahmana.

Brahmana membuat kedua pakaian tersebut menjadi dua penutup tempat tidur dan meletakkan satu di kamar harum tempat Sang Buddha tidur, dan satunya lagi diletakkan di tempat para bhikkhu menerima dana makanan di rumah brahmana.

Ketika raja pergi berkunjung ke wihara Jetavana untuk memberi penghormatan kepada Sang Buddha, raja melihat tutup tempat tidur beludru dan mengenalinya bahwa barang itu adalah pemberiannya kepada brahmana, dia merasa sangat senang. Kali ini, raja memberikan hadiah tujuh macam yang masing-masing berjumlah empat buah (sabbacatukka) yaitu empat ekor gajah, empat ekor kuda, empat orang pelayan wanita, empat orang pelayan laki-laki, empat orang pesuruh laki-laki, empat desa dan empat ribu uang tunai.

Ketika para bhikkhu mendengar hal tersebut, mereka bertanya kepada Sang Buddha, "Bagaimana hal ini bisa terjadi, dalam kasus brahmana ini, perbuatan baik yang dilakukan saat ini menghasilkan pahala yang sangat cepat?"

Sang Buddha menjawab, "Jika brahmana memberikan baju luarnya pada malam jaga pertama dia akan diberi hadiah enam belas buah untuk tiap macam barang. Ketika dia memberikan pada malam jaga terakhir dia diberi hadiah empat buah untuk tiap macam barang. Jadi, jika seseorang ingin berdana, lakukanlah secepatnya, jika seseorang menunda-nunda pahalanya datang perlahan dan hanya sebagian. Juga, jika seseorang terlalu lambat dalam melakukan perbuatan baik mungkin dia tidak akan sanggup untuk melakukannya secara keseluruhan, karena pikiran orang cenderung senang dengan melakukan perbuatan yang tidak baik."

Kemudian Sang Buddha membabarkan syair 116 berikut :

BERGEGASLAH BERBUAT KEBAJIKAN DAN KENDALIKAN PIKIRANMU DARI KEJAHATAN; BARANGSIAPA LAMBAN BERBUAT BAJIK, MAKA PIKIRANNYA AKAN SENANG DALAM KEJAHATAN.

sumber : Dhammapada Atthakatha

Sunday 15 July 2012

Menulis Dengan Tinta Timbul "Hari Asadha 2012"

Beranjali _/\_ Namo Buddhaya :)

Setelah liburan sekolah yang panjang akhirnya adik-adik akan kembali ke sekolah menjalani aktifitas belajar dan harus berprestasi lagi. Itu artinya sekolah minggu juga kembali aktif kan? horee... wihara rame lagi he-he-he. Selamat datang kembali belajar, bermain, dan berpraktek kembali di wihara maupun dalam kehidupan sehari-hari adik-adik. Sebelum kita mulai dengan menulis dan berimajinasi lewat media gabus dan tinta timbul, kak Lani terlebih dulu menceritakan kisah Chana yaitu kusir pangeran Sidharta sebelum menjadi Buddha. Chana meski sudah berulang kali dinasehati oleh Sang Buddha tetap tidak menghiraukannya, ia menjadi sombong karena merasa menjadi orang yang dekat dengan Sang Buddha. Kebiasaannya itu dicela oleh Bhikkhu yang lainnya dan mengadukannya kepada Sang Buddha. Lalu Sang Buddha menjawab, percuma saja menasehati Chana saat sekarang sebab setelah saya parinibbana barulah Chana sadar dan akan ia akan menghukum dirinya sendiri dengan tidak menerima bantuan dari siapapun dalam melakukan tugasnya. Setelah Parinibbana Buddha, Chana akhirnya sadar akan perbuatan salahnya dan menyesal karena tidak mendengarkan nasehat Buddha meski sudah ditegur 3 kali. Dan Chana merasa sangat kehilangan. Pesannya adalah jika kita salah harus menerima kritikan dari orang lain dan segera memperbaiki diri supaya tidak menyesal dikemudian hari. Nah, pertanyaan kakak untuk adik-adik adalah apakah kalian akan sangat kehilangan jika kak Lani sudah tidak ada? Dan jawaban adik-adik adalah TIDAK!! wah... kejamnya wkwkwkwk....... he-he-he.

Nah selanjutnya tiba waktunya untuk kita berkreasi dengan tinta timbul :D

Kreasi Kak Lani :p
 Bryant sedang serius :p
 Metta menulis sambil memandang kak Lani wkwkwk
 Kessa malu-malu ama karyanya hoho
 Aubrey membantu Audric
 Alya menulis
 Saling bertukar ide
 Neylam bekerja keras
 serius
 berpacu dengan waktu
 Vania dan sepupunya walaupun datang telat tetap semangat :D
 Kessa dan Bryant
 Hasil karya adik-adik ^_^

Kami dari Sekolah Minggu Buddha Karuna Mukti mengucapkan SELAMAT HARI RAYA ASADHA SEMOGA BERBAHAGIA SELALU ^_^

Beranjali _/\_ Namo Buddhaya :D